REMAJA
DAN PERMASALAHANNYA :
BAHAYA
MEROKOK, PENYIMPANGAN SEKS PADA
REMAJA,
DAN BAHAYA PENYALAHGUNAAN MINUMAN
KERAS/NARKOBA
MASA REMAJA
Masa remaja
merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke
tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga
penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau
kejiwaan yang timbul
sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Masa remaja merupakan
sebuah periode dalam
kehidupan manusia yang batasannya
usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu
dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan
untuk pengkategorian remaja
sebab usia pubertas
yang dahulu terjadi pada
akhir usia belasan
(15-18) kini terjadi
pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun.
Seorang anak berusia
10 tahun mungkin
saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun
tidak berarti ia
sudah bisa dikatakan sebagai
remaja dan sudah
siap menghadapi dunia
orang dewasa. Ia belum
siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa,
meski di saat
yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan
balita yang perkembangannya dengan jelas
dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki
pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali
mereka menjadi bingung
karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak
tetapi di lain
waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak
perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali
perubahan itu hanya
merupakan suatu tanda-tanda
fisik dan bukan sebagai
pengesahan akan keremajaan
seseorang. Namun satu
hal yang pasti, konflik
yang dihadapi oleh
remaja semakin kompleks
seiring dengan perubahan pada
berbagai dimensi kehidupan
dalam diri mereka.
Untuk dapat memahami remaja,
maka perlu dilihat
berdasarkan perubahan pada
dimensi-dimensi tersebut .
Dimensi Biologis
Pada saat
seorang anak memasuki
masa pubertas yang
ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri
atau pun perubahan
suara pada remaja putra,
secara biologis dia
mengalami perubahan yang
sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba
memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada
masa pubertas, hormon
seseorang menjadi aktif
dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)
yang berhubungan dengan pertumbuhan,
yaitu: 1) Follicle-Stimulating
Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak
lelaki, Luteinizing hormone
yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang
pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan
secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di
atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.
Selain itu terjadi juga perubahan
fisik seperti payudara
mulai berkembang, dll.
Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk
fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada
dunia remaja.
Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif
remaja, dalam pandangan Roy Syaffer (seorang ahli perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir
dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
periode ini, idealnya
para remaja sudah
memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks
dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis
dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan. Para
remaja tidak lagi
menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga
mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk
masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal
ini, para remaja mampu mengadaptasikan
diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak
remaja (bahkan orang
dewasa) yang belum
mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional
formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya,
yaitu operasional konkrit, dimana pola
pikir yang digunakan
masih sangat sederhana
dan belum mampu melihat
masalah dari berbagai
dimensi. Hal ini
bisa saja diakibatkan
sistem pendidikan di Indonesia
yang tidak banyak
menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh
pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak
memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan
sesuai dengan usia dan
mentalnya. Semestinya, seorang
remaja sudah harus
mampu mencapai tahap pemikiran
abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah
menengah, sudah terbiasa berpikir
kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Dimensi Moral
Masa remaja
adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena
yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Awalgus Situmorang (2012)
menyatakan bahwa para remaja
mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi
masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dsb.
Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang
kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran
yang ada dan mempertimbangan lebih
banyak alternatif lainnya. Secara kritis,
remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama
ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya. Sebagian
besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain
di luar dari yang selama
ini diketahui dan dipercayainya. Ia
akan melihat bahwa
ada banyak aspek
dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran
yang lain. Baginya
dunia menjadi lebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu
lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir
dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat
adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara
yang mereka percayai dahulu dengan
kenyataan yang ada di
sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola
pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan
inilah yang seringkali mendasari sikap
"pemberontakan"
remaja terhadap peraturan
atau otoritas yang selama
ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak
kecil pada seorang
anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu
tidak baik.
Pada masa
remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin
korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik
nilai bagi sang
remaja. Konflik nilai
dalam diri remaja
ini lambat laun
akan menjadi sebuah masalah
besar, jika remaja
tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan
remaja untuk tidak
lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua
atau pendidik sejak
masa kanak-kanak akan
sangat besar jika orangtua
atau pendidik tidak
mampu memberikan penjelasan
yang logis, apalagi jika
lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau
pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari
hal-hal yang dipertanyakan
oleh putra-putri remajanya.
Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan
alternatif supaya remaja itu bisa berpikir
lebih jauh dan
memilih yang terbaik.
Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan
bijak dan bersikap
kaku akan membuat yang
remaja tambah bingung.
Remaja tersebut akan
mencari jawaban di
luar lingkaran orangtua dan
nilai yang dianutnya.
Ini bisa menjadi
berbahaya jika “lingkungan
baru” memberi jawaban
yang tidak diinginkan
atau bertentangan dengan yang
diberikan oleh orangtua.
Konflik dengan orangtua
mungkin akan mulai menajam.
Dimensi Psikologis
Masa remaja
merupakan masa yang
penuh gejolak. Pada
masa ini mood (suasana hati) bisa berubah
dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Roy Syafer (2012) menemukan
bahwa remaja rata-rata memerlukan
hanya 45 menit
untuk berubah dari mood
“senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali dikarenakan beban
pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di
rumah. Meski mood remaja
yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis.
Dalam hal kesadaran
diri, pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka
(self-awareness).
Mereka sangat rentan terhadap
pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi
atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri
mereka sendiri. Anggapan
itu membuat remaja
sangat memperhatikan diri mereka
dan citra yang
direfleksikan (self-image). Remaja
cenderung untuk
menganggap diri mereka
sangat unik dan
bahkan percaya keunikan mereka
akan berakhir dengan kesuksesan
dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan
cermin karena ia percaya orang akan melirik dan
tertarik pada kecantikannya, sedang
remaja putra akan
membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan
“hebat”.
Pada usia
16 tahun ke
atas, keeksentrikan remaja
akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu,
Remaja akan mulai sadar
bahwa orang lain
tenyata memiliki dunia
tersendiri dan tidak selalu
sama dengan yang
dihadapi atau pun
dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa
mereka selalu diperhatikan
oleh orang lain
kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan
dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan
kenyataan.
Para remaja
juga sering menganggap
diri mereka serba
mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan
akibat” dari perbuatan
mereka. Tindakan impulsif
sering dilakukan; sebagian
karena mereka tidak
sadar dan belum biasa
memperhitungkan akibat jangka
pendek atau jangka
panjang. Remaja yang
diberi kesempatan untuk
mempertangung-jawabkan perbuatan
mereka, akan tumbuh
menjadi orang dewasa
yang lebih berhati-hati,
lebih percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya
diri dan rasa tanggung-jawab inilah
yang sangat dibutuhkan
sebagai dasar pembentukan
jati-diri positif pada remaja.
Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan
rasa hormat pada orang lain dan lingkungan.
Bimbingan orang yang lebih
tua sangat dibutuhkan
oleh remaja sebagai
acuan bagaimana menghadapi masalah itu
sebagai “seseorang yang
baru”; berbagai nasihat
dan berbagai cara akan
dicari untuk dicobanya.
Remaja akan membayangkan
apa yang akan dilakukan oleh
para “idola”nya untuk
menyelesaikan masalah seperti
itu.
Pemilihan idola ini
juga akan menjadi sangat penting bagi remaja Dari beberapa
dimensi perubahan yang
terjadi pada remaja
seperti yang telah dijelaskan
diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada
masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak
negative pada remaja.
Perilaku yang mengundang
resiko pada masa remaja
misalnya seperti penggunaan
alcohol, tembakau dan
zat lainnya;
aktivitas social
yang berganti –
ganti pasangan dan
perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung
(Kaplan dan Sadock, 1997).
Alasan perilaku
yang mengundang resiko
adalah bermacam –
macam dan berhubungan dengan
dinamika fobia balik
( conterphobic dynamic ),
rasa takut dianggap tidak
cakap, perlu untuk
menegaskan identitas maskulin
dan dinamika kelompok seperti
tekanan teman sebaya.
PROBLEMATIKA REMAJA
A. MEROKOK
Di masa
modern ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok
dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya.
Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak
negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi
yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan ( reliefing beliefs), dan menganggap
perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitative)
(Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh
remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan
kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan
kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok
1. Pengaruh 0rang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok
adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman
fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda
yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta
tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja
tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja
non perokok (Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu
sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)
ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki
skor tinggi pada berbagai
tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi
pengguna
dibandingkan dengan
mereka yang memiliki
skor yang rendah
(Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat
iklan di media
massa dan elektronik
yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO,
tahun IX,1991).
B. PENYIMPANGAN SEKS
Kita telah
ketahui bahwa kebebasan
bergaul remaja sangatlah
diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo"
yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan".
Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa
yang kita inginkan.
Mungkin mereka suka
hura-hura, suka dengan
yang berbau pornografi, dan tentu
saja ada yang
bersikap terpuji.
benar
agar kita tidak
terjerumus ke pergaulan
bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan
suatu masa yang
menjadi bagian dari
kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika
kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja
itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan
dengan banyaknya rasa
ingin tahu pada
diri seseorang dalam berbagai hal tidak terkecuali bidang
seks Seiring dengan bertambahnya
usia seseorang, organ
reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada
akhirnya akan mengalami
kematangan.
Kematangan organ
reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang
mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik
maupun non elektronik akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku
seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah
yang sering timbul
pada remaja terkait
dengan masa awal kematangan organ
reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar
pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia
sekolah. Siswi yang
mengalami kehamilan biasanya
mendapatkan respon dari dua
pihak. Pertama yaitu
dari pihak sekolah,
biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang
sampai saat ini
terjadi adalah sekolah meresponya dengan
sangat buruk dan
berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari
lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan
cenderung mencemooh dan
mengucilkan siswi tersebut.
Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan
masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat
ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan
remaja tidak hanya
membebani remaja sebagai individu dan
bayi mereka namun
juga mempengaruhi secara
luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga
membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak
sepenuhnya dimengerti. Beberapa
sebab kehamilan termasuk
rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan
harga diri remaja
di lingkungannya, perasaan
remaja akan ketidakamanan atau
impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk
mendapatkan kebebasan.
Selain
masalah kehamilan pada
remaja masalah yang
juga sangat menggelisahkan berbagai
kalangan dan juga
banyak terjadi pada
masa remaja adalah banyaknya
remaja yang mengidap HIV/AIDS
Data dan Fakta HIV/AIDS
Dilihat
dari jumlah pengidap
dan peningkatan jumlahnya
dari waktu ke waktu,
maka dewasa ini
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
dan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi
masyarakat Indonesia. Berdasarkan
laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003
jumlah pengidap HIV/AIDS
atau ODHA (Orang
Yang Hidup Dengan HIV/AIDS)
di Indonesia adalah
3.647 orang terdiri
dari mengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang.
Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24
berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa
jumlah terbanyak penderita
HIV/AIDS adalah remaja
dan orang muda.
dari data tersebut, dilaporkan yang
sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah
394 orang (Subdit
PMS & AIDS,
Ditjen PPM &
PL, Depkes R.I.). Diperkirakan setiap hari ada 8.219
orang di dunia yang meninggal karena AIDS, sedangkan di kawasan Asia Pacific
mencapai angka 1.192orang.
Data
dan fakta tersebut
belum mencerminkan keadaan
yang sebenarnya, melainkan hanya
merupakan "puncak gunung
es", artinya, yang
kelihatan atau dilaporkan hanya
sedikit, sementara yang
tidak kelihatan atau
tidak dilaporkan jumlahnya
berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya bisa 100 kali
lipat.
Remaja dan HIV/AIDS
Penularan virus HIV ternyata menyebar
sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia
terutama terjadi melalui hubungan seksual
yang tidak aman,
yaitu sebanyak 2.112(58%)
kasus. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa semakin
lama semakin banyak remaja di bawah usia 18
tahun yang sudah
melakukan hubungan seks.
Cara penularan lainnya
adalah melalui jarum suntik
(pemakaian jarum suntik
secara bergantian pada
pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi
darah 4 (0,10%) kasus). FKUl-RSCM melaporkan
bahwa lebih dari
75% kasus infeksi
HIV di kalangan remaja
terjadi di kalangan
pengguna narkotika. Jumlah
ini merupakan kenaikan menyolok
dibanding beberapa tahun yang lalu.
Beberapa penyebab rentannya remaja
terhadap HIV/AIDS adalah :
1. Kurangnya
informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang
bisa dilakukan oleh
remaja dan kaum
muda. Kurangnya informasi ini
disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain, sehingga
remaja seringkali tidak
memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan
reproduksi yang sesungguhnya
dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko,
termasuk penularan HIV/AIDS.
2. Perubahan fisik
dan emosional pada
remaja yang mempengaruhi
dorongan seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan
mencoba-coba sesuatu yang baru,
termasuk melakukan hubungan
seks dan penggunaan narkoba.
3. Adanya informasi
yang menyuguhkan kenikmatan
hidup yang diperoleh melalui seks,
alkohol, narkoba, dan
sebagainya yang disampaikan
melalui berbagai media cetak atau elektronik.
4. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks,
misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
5. Resiko HIV/AIDS sukar
dimengerti oleh remaja,
karena HIV/AIDS mempunyai periode
inkubasi yang panjang,
gejala awalnya tidak
segera terlihat.
6. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya
juga belum cukup menyebar di
kalangan remaja. Banyak
remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai
HIV/AIDS.
7. Remaja pada umumnya
kurang mempunyai akses
ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding
orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja
yang terkena HIV/AIDS
tidak menyadari bahwa
mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit
dikontrol.
Apa sih HIV dan AIDS?
HIV
adalah singkatan dari
Human Immunodeficiency Virus.
Merupakan virus penyebab AIDS yang melemahka sistem kekebalan tubuh.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan kumpulan dari
beberapa gejala akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV
sehingga orang yang telah terinfeksi HIV mudah diserang berbagai penyakit yang
bisa mengancam hidupnya
Perjalanan Infeksi HIV
HIV
menular melalui penggunaan
jarum suntik secara
bergantian, jarum suntik bekas
pakai, jarum suntik
yang tidak steril,
melakukan hubungan seks berganti – ganti pasangan, atau proses
penularan dari ibu ke bayi melalui proses : hamil, melahirkan,
dan menyusui. Setelah
masuk dan menginfeksi
manusia selama 2 minggu
sampai 6 bulan
( 3 bulan
pada 95% kasus)
merupakan masa antara masuknya
HIV ke dalam tubuh sampai terbentuknya antibody (penangkal penyakit)
terhadap HIV atau disebut juga HIV Positif.
Pada fase ini HIV
sudah dapat ditularkan kepada
orang lain walaupun
hasil tes masih
negatif. Fase ini disebut fase jendela. Setelah melalaui
fase jendela. Selama 3 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV,
Seseorang yang telah
mengidap HIV Positif
tidak akanmenampakkan gejala, tampak sehat, dan dapat beraktifitas
seperti biasa. Baru setelah 1- 2 tahun
kemudian mulai timbul
infeksi opportunistik (
penyakit lain yang muncul
karena sistem kekebalan tubuh
menurun). Obat ARV
( Anti Retro Viral ) yang diminum pada fase ini
dapat menekan pertumbuhan HIV. Akan tetapi obat ini tidak dapat menghilangkan
HIV dari dalam tubuh.
HIV tidak menular melalui
1. Gigitan nyamuk atau serangga lain
2. Keringat, Sentuhan, Pelukan, ataupun Ciuman
3. Berenang bersama
4. Terpapar batuk atau bersin
5. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan
bersama
6. Memakai toilet bergantian
Mengetahui status HIV
Status HIV hanya dapat diketahui melalui
Konseling dan Testing HIV Sukarela
Testing HIV
merupakan pengambilan darah
dan pemeriksaan laboratorium
disertai konseling pre dan pasca testing HIV
Konseling dan
Testing HIV Sukarela
dilakukan dengan prinsip
tanpa paksaan, rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya
Manfaat Konseling dan
Testing HIV Sukarela :
- Mendapat informasi,
pelayanan, dan perawatan
sesuai kebutuhan masing-masing
sedini mungkin
- Dukungan untuk
perubahan perilaku yang
lebih sehat dan
aman dari penularan HIV
Sudah adakah obat untuk HIV?
‹ Obat ARV
(Anti Retro Viral)
dapat mengendalikan pertumbuhan
jumlah HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memperpanjang usia
hidup ODHA ( Orang dengan HIV dan AIDS)
‹ Obat ARV tidak dapat
menyembuhkan Odha karena tidak bisa menghilangkan HIV dalam tubuh
‹ Odha harus minum obat
ARV secara rutin pada jam tertentu setiap hari dan seumur hidup
‹ Sejak tahun 2007
terdapat 75 rumah sakit rujukan bagi Odha diseluruh Indonesia yang menyediakan
obat ARV
C.
MINUMAN KERAS DAN NARKOBA
Berdasarkan data
Badan Narkotika Nasional
(BNN),jumlah kasus
penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia dari tahun
1998 - 2003
adalah 20.301 orang, di mana 70%
diantaranya berusia antara 15 -19 tahun
Definisi dan Macam – Macam Narkoba
Narkoba (singkatan
dari Narkotika, Psikotropika
dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat
yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik
secara oral/diminum, dihirup,
maupun disuntikan, dapat
mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.
Narkotika adalah
zat atau obat
yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
Tanaman
papaver, opium mentah,
opium masak (candu,
jicing, jicingko),opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina
dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah
zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang
termasuk psikotropika antara lain:
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide),
dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya
adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai
sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf
pusat, seperti: Alkohol.
Apakah Alkohol itu?
Alkohol
adalah zat penekan
susuan syaraf pusat
meskipun dalam jumlah
kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan Bahan psikoaktif yang
terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses
fermentasi madu, gula
sari buah atau
umbi umbian. Nama
yang populer : minuman keras
(miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll.
Minuman beralkohol mempunyai kadar yang
berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15%
alkohol) dan minuman keras yang biasa disebut
dengan spirit (35
– 55% alkohol).
Konsentrasi alkohol dalam
darah dicapai dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.
Dari beberapa penelitian alkohol dapat
menyebabkan :
‹ Kecelakaan lalu lintas
‹ Luka bakar
‹ Kasus penganiayaan anak
‹ Bunuh diri
‹ Kecelakaan kerja
Di
Indonesia penjualan minuman
beralkohol di batasi
dan yang boleh
membeli adalah mereka yang telah berumur 21 tahun Beberapa etnik
di Indonesia menggunakan
minuman beralkohol pada
acara tertentu dalam jumlah
yang sedikit. Mereka
juga memproduksi minuman beralkohol dengan
nama yang bermacam
ragam misalnya :
tuak, minuman cap tikus, ciu dll
Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik dan
Mental)
Pengaruh
alkohol terhadap tubuh
bervariasi, tergantung pada
beberapa faktor yaitu :
‹ Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
‹ Usia, berat badan, dan jenis kelamin
‹ Makanan yang ada di dalam lambung
‹ Pengalaman seseorang minum – minuman
beralkohol
‹ Situasi dimana orang minum – minuman
beralkohol
Pengaruh jangka pendek
Walaupun pengaruh terhadap individu
berbeda – beda, terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol
di dalam darah
(Blood Alkohol Concentration
– BAC) dan efeknya.
Euphoria ringan dan
stimulasi terhadap perilaku
lebih aktif seiring dengan meningkatnya
konsentrasi alkohol di
dalam darah. Sayangnya
orang banyak beranggapan bahwa
penampilan mereka menjadi
lebih baik dan
mereka mengabaikan efek buruknya.\
Resiko intoksikasi (”mabuk”)
Gejala
intoksikasi alkohol yang
paling umum adalah
”mabuk”, ”teler” sehingga dapat menyebabkan
cedera dan kematian.
Penurunan kesadaran seperti
koma dapat terjadi pada
keracunan alkohol yang
berat demikian juga
henti nafas dan kematian. Selain kematian,
efek jangka pendek
alkohol dapat menyebabkan
hilangny produktifitas kerja (misalnya ”teler, kecelakaan akibat
ngebut). Sebagai tambahan, alkohol dapat menyebabkan
perilaku kriminal. 70
% dari narapidana menggunakan alkohol sebelum
melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 % kekerasan dalam rumah tangga
dipengaruhi oleh alkohol
Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol berlebiha dalam
jangka panjang dapat menyebabkan :
‹ Kerusakan jantung
‹ Tekanan Darah Tinggi
‹ Stroke
‹ Kerusakan hati
‹ Kanker saluran pencernaan
‹ Gangguan pencernaan lainnya (misalnya
tukak lambung)
‹ Impotensi dan berkurangnya kesuburan
‹ Meningkatnya resiko terkena kanker
payudara
‹ Kesulitan tidur
‹ Kerusakan otak dengan perubahan
kepribadian dan suasana perasaan
‹ Sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi
Sebagai tambahan terhadap masalah
kesehatan, alkohol juga berdampak terhadap hubungan sesama, finansial,
pekerjaan, dan juga menimbulkan masalah hukum
Toleransi dan Ketergantungan
Pengguna
alkohol yang terus
menerus dapat mengalami
toleransi dan
ketergantungan. Toleransi adalah
peningkatan penggunaan alkohol
dari jumlah yang kecil
menjadi lebih besar
untuk mendapatkan pengaruh
yang sama. Sedangkan
ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang penting dalam
kehidupannya, banyak waktu
yang terbuang karena
memikirkan (cara
mendapatkan, mengkonsumsi dan
bagaimana cara berhenti).
Pengguna alkohol akan mengalami
kesulitan bagaimana cara
menghentikan atau mengendalikan
jumlah alkohol yang dikonsumsi.
Gejala Putus Alkohol
Seseorang yang
mengalami ketergantungan secara
fisik terhadap alkohol
akan mengalami gejala putus
alkohol apabila menghentikan
atau mengurangi penggunaannya. Gejala
biasanya terjadi mulai
6 – 24
jam setelah minum
yang terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya
adalah :
Gemetar
Mual
Cemas
Depresi
Berkeringat yang banyak
Nyeri kepala
Sulit tidur (berlangsung beberapa minggu)
Gejala
putus alkohol sangat
berbahaya. Orang yang
minum lebih dari
8 standar minum perhari
dianjurkan untuk berkonsultasi
ke dokter (sebelum
memutuskan untuk berhenti minum)
untuk mendapatkan terapi
medis guna mencegah komplikasi
Sedangkan berdasarkan efeknya, narkoba
bisa dibedakan menjadi tiga:
1. Depresan, yaitu menekan
sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga
pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri.
Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara
lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang
populer sekarang adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang
fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan:
Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah
Shabu-shabu dan Ekstasi.
3. Halusinogen, efek
utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi.
Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan
psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium
seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat
dalam narkoba sebenarnya
digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena
berbagai alasan – mulai dari keinginan untuk dicoba – coba,
ikut trend/gaya, lambing
status social, ingin
melupakan persoalan dll –
maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut
akan menyebabkan ketergantungan atau
dependensi yang disebut
juga dengan kecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya
sebagai berikut:
1)
coba-coba;
2) senang-senang;
3)
menggunakan pada saat
atau keadaan tertentu;
4) penyalahgunaan;
5) ketergantungan.
Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila
narkoba digunakan secara
terus menerus atau
melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan
ketergantungan. Kecanduan inilah
yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya
kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung,
paru-paru, hati dan ginjal.Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang
dipakai, kepribadian pemakai
dan situasi atau
kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba
dapat terlihat pada
fisik,
1. Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system
syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran,
kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung
dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit
(dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru
(pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan
jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala,
mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan
sulit tidur
6. Dampak terhadap
kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi
hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi
seksual
7. Dampak terhadap
kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode
menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba
melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya
adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini
belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba
bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi
kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
2. Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering
tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis,
pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku
yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan
tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak
aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak Sosiai:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila,
dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban
keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan
suram
Dampak
fisik, psikis dan
sosial berhubungan erat.
Ketergantungan fisik akan mengakibatkan
rasa sakit yang
luar biasa (sakaw)
bila terjadi putus
obat (tidak mengkonsumsi obat
pada waktunya) dan
dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk
mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis
ini juga berkaitan
dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah,
manipulatif, dll.
Bahaya Narkoba Bagi Remaja
Masa
remaja merupakan suatu
fase perkembangan antara
masa anak-anak dan masa
dewasa. Perkembangan seseorang
dalam masa anak-anak
dan remaja akan membentuk
perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa
anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah
masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti
trend dan gaya hidup,
serta bersenang-senang besar
sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja,
tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba. Data
menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba
yang paling banyak
adalah kelompok usia
remaja.
Masalah menjadi lebih
gawat lagi bila
karena penggunaan narkoba,
para remaja tertular dan
menularkan HIV/AIDS di
kalangan remaja. Hal
ini telah terbukti dari pemakaian
narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang
sangat banyak akibat
penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya
manusia bagi bangsa.
MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA
REMAJA
Selain
ketiga masalah psikososial
yang sering terjadi
pada remaja seperti yang
disebutkan dan dibahas
diatas terdapat pula
masalah masalah lain
pada remaja seperti tawuran,
kenakalan remaja, kecemasan,
menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua
masalah tersebut perlu
mendapat perhatian dari
berbagai pihak mengingat remaja
merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa
ini digantungkan. Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan
dalam upaya untuk
mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu
antara lain :
Peran Orangtua :
Menanamkan pola asuh
yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
Membekali anak dengan
dasar moral dan agama
Mengerti komunikasi
yang baik dan efektif antara orangtua – anak
Menjalin kerjasama
yang baik dengan guru
Menjai
tokoh panutan bagi
anak baik dalam
perilaku maupun dalam
hal menjaga lingkungan yang sehat
Menerapkan disiplin
yang konsisten pada anak
Hindarkan anak dari
NAPZA
Peran Guru :
Bersahabat dengan
siswa
Menciptakan kondisi
sekolah yang nyaman
Memberikan
keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
Menyediakan sarana
dan prasarana bermain dan olahraga
Meningkatkan peran
dan pemberdayaan guru BP
Meningkatkan disiplin
sekolah dan sangsi yang tegas
Meningkatkan
kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
Meningkatkan keamanan
terpadu sekolah bekerjasama
dengan Polsek setempat
Mewaspadai adanya
provokator
Mengadakan kompetisi
sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
Menciptakan kondisi
sekolah yang memungkinkan
anak berkembang secara sehat
dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
Meningkatkan deteksi
dini penyalahgunaan NAPZA Peran Pemerintah dan masyarakat :
Menghidupkan kembali
kurikulum budi pekerti
Menyediakan sarana/prasarana yang
dapat menampung agresifitas
anak melalui olahraga dan bermain
Menegakkan hukum,
sangsi dan disiplin yang tegas
Memberikan
keteladanan
Menanggulangi NAPZA,
dengan menerapkan peraturan
dan hukumnya secara tegas
Lokasi sekolah
dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Peran Media :
Sajikan tayangan atau
berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
Sampaikan berita
dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
Adanya
rubrik khusus dalam
media masa (cetak,
elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja
REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1. Mengerti tujuan hidup
2. Memahami
faktor penghambat maupun
pendukung perkembangan kematangannya.
3. Bergaul dengan bijaksana
4. Terus menerus memperbaiki diri
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal
dan sehat. Remaja harus
mengetahui dirinya memiliki
kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain
remaja harus mengerti dirinya
sendiri.
Faktor yang berkembang
pada setiap remaja
antara lain fisik,
intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3. Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya
berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang
menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja
melihat dirinya sendiri,
orang lain serta hubungannya dengan
orang lain termasuk
orang tua dan
pembina? Kadang-kadang ia ingin
dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang
tua.
Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ------- demokratis
2. Tertutup ------- terbuka
3. Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan
menuju" Sehingga dapat dilihat
segalanya masih dalam
proses dan tidak
berada dalam kutub
atau masa anak-anak.
"Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
1. Fisik yang
kuat
2. Emosi yang cepat
tersinggung
3. Sering mengambil
keputusan tanpa berfikir panjang
4. Pertimbangan agama,
falsafah, ataupun tatakrama
hanya kadang-kadang saja
dipakai Dan "Dalam
perjalanan menuju" yang
paling penting diketahui
oleh remaja adalah bagaimana
remaja dapat berproses :
1. Menuju fisik yang
ideal
2. Menuju emosi
kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
3. Menuju cara
berfikir dewasa
4. Menuju mempercayai
hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar